Intermittent fasting adalah puasa dengan jadwal waktu yang sudah ditentukan. Durasi waktu makan dan waktu tidak makan ditentukan dan diatur setiap harinya. Metode ini bertujuan untuk mengatur jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dan mengontrol nafsu makan yang berlebih. Ini adalah metode awal yang saya lakukan pada saat menurunkan berat badan.
Puasa atau fasting sangat efektif menurunkan berat badan, terlebih lagi di saat berat badan kita berlebih dan jauh dari kondisi berat ideal. Pada saat melakukan puasa Intermittent ini, kita masih diperbolehkan mengkonsumsi minuman non-gula (tidak diberikan pemanis). Puasa ini sering disebut juga Wet Fasting.
Dalam wet fasting kita masih diperbolehkan untuk minum air putih (mineral), kopi tanpa gula, teh tawar, cuka apel, dan mungkin beberapa jenis minuman lainnya. Beberapa contoh minuman yang membatalkan wet fasting adalah jus buah, air kelapa, susu, minuman-minuman kemasan yang mengandung gula (pemanis).
Pada rentang waktu kita diperbolehkan makan disebut dengan istilah jendela makan. Pada rentang waktu kita tidak boleh makan disebut dengan istilah jendela puasa.
Ada beberapa jenis jendela puasa yang dianjurkan seperti: 12 jam, 15 jam, 18 jam, 24 jam, 48 jam (dua hari), dan 72 jam (tiga hari). Tentunya harus dilakukan dengan bertahap ya, agar tubuh kita melakukan adaptasi bertahap.
Misalnya puasa 12 jam artinya dalam 24 jam sehari semalam, kita tidak boleh makan selama 12 jam dan boleh makan di 12 jam berikutnya. Puasa 16 jam artinya kita tidak boleh makan selama 16 jam, dan boleh makan lagi dalam rentang waktu 8 jam berikutnya.
Contohnya: Kita menentukan jendela makan di rentang waktu antara jam 10 pagi sampai dengan jam 18 sore. Berarti kita akan mulai puasa dari jam 18 sore hari ini sampai dengan jam 10 pagi di esok harinya. Kalau dihitung dari contoh kasus ini, jendela makannya dari jam 10.00 sd 18.00 adalah 8 jam dan jendela puasanya dari jam 18.00 sd jam 10.00 esok harinya adalah 16 jam.
Tubuh kita akan mengalami kondisi state of kitosis yaitu pergantian sumber tenaga. Dari awalnya menggunakan gula sebagai bahan bakar kemudian berganti menjadi lemak. Menurut beberapa penelitian, state of kitosis akan terjadi jika tubuh tidak menerima asupan gula lebih dari 12 jam (puasa lebih dari 12 jam).
Pada saat tubuh tidak menemukan gula di dalam darah, maka tubuh akan membakar lemak dan merubahnya menjadi sumber tenaga atau disebut fat burn/fat loss. Jika kita mengatur jadwal puasa dan jadwal makan dengan teratur setiap harinya, apalagi secara bertahap bisa menambah durasi waktu puasanya, maka proses pembakaran lemak semakin optimal dan berat badan akan terus berkurang.
Jadi bisa dibayangkan jika kita tidak mengatur waktu jendela makan dan frekuensi makannya tinggi, maka gula akan terus hadir di dalam darah sehingga proses pembakaran lemak tidak akan terjadi. Bahkan sebaliknya yang terjadi adalah lemak dan berat badan terus bertambah akibat kelebihan kalori.
Berat badan ideal menjadi indikator awal kondisi kesehatan kita